Pemimpin cemar Pengikut bubar Dulu dipuji Kini dicaci , Pemimpin Rusak Pengikut Rusak Dulu dipuji Kini dicaci, Rakyat yang cerdas akan memilih pemimpin yang cerdas. Pemimpin yang cerdas akan membuat rakyatnya ikut cerdas. Jadi, terdapat hubungan kausalitas timbal-balik antara kualitas seorang pemimpin (leader) dan pengikutnya (follower). Jadi, kalau ada seorang pemimpin dinilai tidak bagus, itu menunjukkan kualitas rakyat yang memilihnya juga tidak bagus. Kalau ada seorang pemimpin memenangi pertarungan karena kekuatan uang, artinya rakyatnya juga bermental mata duitan. Ustazd di kampung saya sering membuat analog hubungan antara pemimpin dan pengikut dengan sembahyang berjamaah. Di situ ada pemimpin (imam) dan ada pengikut (makmum) yang berdiri di belakangnya.
Menurut norma yang berlaku, siapa pun yang menjadi imam diutamakan yang paling baik akhlaknya, paling luas ilmunya, paling senior umurnya, paling baik bacaannya. Setelah imam terpilih, makmum harus taat mengikuti aturan yang berlaku agar prosesi shalat jamaah berlangsung baik dan khusyuk. Tentu shalat jamaah akan rusak suasananya kalau imamnya tidak benar bacaan dan jumlah rakaatnya atau makmumnya membuat kegaduhan.
Kualitas shalat berjamaah ditentukan oleh imamnya dan makmumnya. Ketika makmum mendapati imamnya salah, makmum yang terdekat wajib memperingatkan. Jika masih juga salah berulang kali, padahal telah diperingatkan, ada dua pilihan. Makmum memisahkan diri lalu membuat jamaah sendiri atau imamnya yang menyatakan mundur, lalu makmum yang terdekat menggantikannya maju ke depan tanpa membatalkan salat jamaahnya.
Begitulah hubungan leadership dan followership dalam shalat berjamaah, semuanya berlangsung damai tanpa keributan atau huru-hara. Tentu saja dalam panggung politik, variabelnya lebih banyak dan kompleks.Hubungan antara pemimpin dan pengikut terdekatnya saling memengaruhi. Bisa jadi ada seorang pemimpin yang kurang bagus, tetapi rakyatnya bagus sehingga kehidupan berbangsa dan bernegara berlangsung baik-baik saja.
Atau sebaliknya, berkat pemimpinnya yang hebat dan bagus, rakyat yang semula brengsek tidak taat aturan berubah jadi bagus. Menurut cerita, Singapura berubah begitu tertib berkat kepemimpinan Lee Kuan Yew yang cerdas, berkarakter, dan tegas sehingga perilaku rakyatnya berubah drastis. Dengan pelaksanaan otonomi daerah, sesungguhnya kita memiliki peluang dan tantangan untuk membangun sinergi hubungan yang kreatif, konstruktif, dan produktif antara leadership dan followership untuk memajukan daerah.
Yang repot adalah ketika ruang demokrasi dibuka, rakyat bebas memilih pemimpinnya, tetapi kualitas rakyatnya rendah sehingga pemimpin yang tampil juga kurang bermutu. Akibatnya implementasi dan hasil demokrasi bukannya mendongkrak kesejahteraan dan kemajuan daerah, tetapi malah ramai-ramai menurunkan indeks pembangunan daerah. Pemimpin dan rakyatnya samasama mata duitan, sementara kinerjanya di bawah standar.
Suatu ketika secara tidak sengaja namanya manusia pastinya pernah melakukan kesalahan , saat shalat berjama'ah sang Imam (pemimpin shalat) melakukan kesalahan dimana pada saat yang seharusnya beliau melakukan ruku' terlebih dahulu tiba - tiba langsung "Nyelonong" (maaf tidak tahu bahasa nya nyelonong) sujud .
Spontan saja makmum menjadi gaduh disana sini (maklum) makmum nya juga ikut - ikutan (mustinya cukup satu orang dibelakang imam yang mengingatkan) namun karena itu tadi ikut - ikutan (taqlid) jadinya ya........ semua ikut gaduh ^_^
Bersambung .........