Sisi lain yang harus ditekankan dalam setiap diri adalah meneguhkan keimanan dalam rangka menghadapi setiap ujian, musibah, cobaan yang memang diturunkan oleh Allaah Subhanahu Wata'ala untuk meneguhkan keimanan kita dalam setiap ancaman kehidupan. Tawakal sama asal katanya dengan wakil dapat diartikan sebagai bentuk mewakilkan ancaman itu pada Yang Maha Kuasa.
Karenanya Manusia tidak boleh merasa sendiri tanpa penolong disetiap kali ada musibah yang akan atau sedang menimpanya karena selalu ada Allah Suhanahu Wata'ala sebagai Rabb kita. yang harus dijaga dan diingatkan kemudian dalam memahami tawakal ini adalah salah dimengerti dan dianggap sebagai kepasrahan. Menjadikan pengertian tawakal dalam makna pasrah, menyerah pada nasib, tidak berbuat maksimal, menjadikan segala peristiwa yang akan terjadi sepenuhnya kehendak Allah adalah pemahaman keagamaan yang salah kaprah.
Karenanya Manusia tidak boleh merasa sendiri tanpa penolong disetiap kali ada musibah yang akan atau sedang menimpanya karena selalu ada Allah Suhanahu Wata'ala sebagai Rabb kita. yang harus dijaga dan diingatkan kemudian dalam memahami tawakal ini adalah salah dimengerti dan dianggap sebagai kepasrahan. Menjadikan pengertian tawakal dalam makna pasrah, menyerah pada nasib, tidak berbuat maksimal, menjadikan segala peristiwa yang akan terjadi sepenuhnya kehendak Allah adalah pemahaman keagamaan yang salah kaprah.
Mereka yang memiliki pemahaman pasrah dan menyerah dalam kajian teologi Islam dinamakan jabariyah. Kata jabariyah berasal dari kata jabara yang mengandung arti “memaksa” atau jabar yang mengandung arti “terpaksa”. Al-Syahrastani menyebutkan bahwa jabariyah berarti menghilangkan perbuatan manusia dalam arti yang sesungguhnya dan menyandarkan perbuatan itu kepada Tuhan. Sedangkan menurut Ahmad Mahmud Subhi bahwa aliran jabariyah mempunyai pandangan bahwa manusia berada dalam posisi lemah, tidak memiliki kemampuan untuk menentukan perbuatan dan mewujudkan kemauannya.
Dalam pemahaman kaum jabariyah bahwa segala sesuatu yang terjadi bukanlah atas kehendak manusia itu sendiri, akan tetapi perbuatan itu terjadi atau terlaksana adalah atas kekuasaan Allah semata. Seumpama terbit dan terbenamnya matahari, pahala dan siksa.
Dalam hal ini manusia bagaikan kapas, ke mana angin bertiup ke sanalah kapas pergi...?
Allah akan memperbuat sesuatu adalah atas kehendak, karena kekuasaan dan kemutlakan-Nya dalam berbuat.
Paham jabariyah sudah dikenal bangsa Arab sebelum Islam. Adapun kehidupan bangsa Arab yang dilingkungi gurun yang gersang dan tandus memberikan pengaruh besar ke dalam tata cara hidup mereka.
Ketergantungan mereka terhadap alam yang ganas telah memunculkan sikap penyerahan diri terhadap alam. Sehingga, sikap ini berkembang menjadi karakter dan mendominasi pemikiran mereka. Dalam situasi demikian mereka tidak melihat jalan untuk mengubah keadaan sekeliling mereka sesuai keinginan sendiri. Mereka merasa lemah dan tak kuasa dalam menghadapi kesukaran-kesukaran hidup yang ditimbulkan suasana padang pasir. Akibatnya, sikap fatalis lebih banyak membuat mereka bergantung pada kehendak alam.
Paham jabariyah sudah dikenal bangsa Arab sebelum Islam. Adapun kehidupan bangsa Arab yang dilingkungi gurun yang gersang dan tandus memberikan pengaruh besar ke dalam tata cara hidup mereka.
Ketergantungan mereka terhadap alam yang ganas telah memunculkan sikap penyerahan diri terhadap alam. Sehingga, sikap ini berkembang menjadi karakter dan mendominasi pemikiran mereka. Dalam situasi demikian mereka tidak melihat jalan untuk mengubah keadaan sekeliling mereka sesuai keinginan sendiri. Mereka merasa lemah dan tak kuasa dalam menghadapi kesukaran-kesukaran hidup yang ditimbulkan suasana padang pasir. Akibatnya, sikap fatalis lebih banyak membuat mereka bergantung pada kehendak alam.
Jabariyah adalah paham dari orang-orang yang kalah atau cepat menyerah kalah pada tantangan dan masalah kehidupan. Tak terkecuali terhadap waspada gempa. Kita patut berterima kasih atas peringatan waspada, karena itu akan membuat orang menjalankan nalar ikhtiar dan tawakal secara seimbang.
Waspada gempa dapat dilakukan dengan mempelajari cara mitigasi yang cepat dan tepat, apakah harus pilih cara horizontal (lari ke tempat tinggi), atau memilih cara vertikal (mencari shelter). Keteguhan batin bahwa kewajiban manusia adalah berusaha maksimal dan pada akhirnya tawakal dan takdir yang akan menyudahinya.
Selamat untuk hidup cerdas nalar ikhtiar, teguh iman dan tawakal ?
Dari Tetangga Sebelah
