Home » , , , , , , , , , , » Tawakal, Benteng Keimanan

Tawakal, Benteng Keimanan

Sisi lain yang harus ditekankan dalam setiap diri ada­lah meneguhkan keimanan da­lam rangka menghadapi setiap ujian, musibah, cobaan yang memang diturunkan oleh Allaah Subhanahu Wata'ala untuk meneguhkan keimanan kita dalam se­tiap ancaman kehidupan. Ta­wakal sama asal katanya de­ngan wa­kil dapat diartikan sebagai ben­tuk mewakilkan ancaman itu pa­da Yang Maha Kuasa.

Karenanya Ma­nusia tidak boleh merasa sendiri tanpa penolong disetiap kali ada musibah yang akan atau sedang menim­pa­nya karena selalu ada Allah Suhanahu Wata'ala sebagai Rabb kita. yang ha­rus dijaga dan diingat­kan kemudian da­lam memahami tawakal ini ada­lah salah dime­ngerti dan dianggap sebagai kepasrahan. Menjadikan pengertian tawakal da­lam makna pasrah, menyerah pa­d­a nasib, tidak berbuat mak­si­mal, menjadikan segala peris­tiwa yang akan terjadi sepenu­h­nya kehendak Allah adalah pe­ma­haman keaga­maan yang sa­lah kaprah.

Mereka yang memiliki pe­ma­­haman pasrah dan me­nyerah da­lam kajian teologi Islam dina­ma­kan jabariyah. Kata jaba­riyah berasal dari kata jabara yang mengandung arti “me­mak­sa” atau jabar yang me­ngan­dung arti “terpaksa”. Al-Syah­ras­tani menyebutkan bah­wa jaba­ri­yah berarti meng­hilangkan per­buatan manusia dalam arti yang sesungguhnya dan me­nyan­darkan perbuatan itu ke­pa­da Tuhan. Sedangkan me­nurut Ah­mad Mahmud S­u­bhi bahwa ali­ran jabariyah mempunyai pan­dangan bahwa manusia be­rada dalam posisi lemah, tidak me­miliki kemampuan untuk me­nentukan perbuatan dan me­wujudkan kemauannya.

Dalam pemahaman kaum ja­bariyah bahwa segala sesuatu yang terjadi bukanlah atas ke­hen­­dak manusia itu sendiri, akan tetapi perbuatan itu terjadi atau terlaksana adalah atas ke­kua­saan Allah semata. Seum­pa­ma terbit dan terbenamnya ma­ta­hari, pahala dan siksa.

Dalam hal ini manusia bagaikan kapas, ke mana angin bertiup ke sana­lah kapas pergi...?

Allah akan memperbuat se­sua­tu adalah atas kehendak, ka­re­na kekuasaan dan ke­mu­tla­kan-Nya dalam berbuat.

Paham ja­bariyah sudah dikenal bangsa Arab sebelum Islam. Adapun kehidupan bangsa Arab yang dilingkungi gurun yang gersang dan tandus memberikan penga­ruh besar ke dalam tata cara hi­dup mereka.

Ketergantungan me­reka terhadap alam yang ga­nas telah memunculkan sikap pe­nyerahan diri terhadap alam. Se­hingga, sikap ini berkembang men­jadi karakter dan men­do­minasi pemikiran me­reka. D­a­lam situasi demikian mereka ti­dak melihat jalan untuk me­ngu­bah keadaan sekeliling mereka se­­suai keinginan sendiri. Mereka m­e­rasa lemah dan tak kuasa da­lam menghadapi kesukaran-ke­sukaran hidup yang ditim­bulkan suasana padang pasir. Akibat­nya, sikap fatalis lebih banyak mem­buat mereka bergantung pa­da kehendak alam.

Jabariyah adalah p­a­ham dari orang-orang yang kalah atau ce­p­at menyerah kalah pada tan­tangan dan masalah kehidupan. Tak terkecuali terhadap waspa­da gempa. Kita patut berterima kasih atas peringatan waspada, karena itu akan membuat orang men­jalankan nalar ikhtiar dan ta­wakal secara seimbang.

Was­pada gempa dapat dilak­u­kan de­n­gan mempelajari cara miti­gasi yang cepat dan tepat, apakah harus pilih cara horizontal (lari ke tempat tinggi), atau memilih cara vertikal (mencari shelter). Ke­teguhan batin bahwa kewa­jiban manusia adalah beru­saha maksimal dan pada akhirnya tawakal dan takdir yang akan menyudahinya.

Selamat untuk hidup cerdas nalar ikhtiar, teguh iman dan tawakal ?

Dari Tetangga Sebelah


Share this article :

Followers

 
Support : Creating Website | Template | Mas
Copyright © 2011. Dunia Dan Akherat - All Rights Reserved
Template Modify and Proudly powered by Free Blog