Balai pertemuan masyarakat adat Molo, Kabupaten Timor Tengah Selatan (TTS), rusak diterjang angin puting beliung. Pertemuan adat terpaksa dilakukan di bawah pohon. Masyarakat adat kesulitan dana membangun kembali balai yang berukuran 15 meter x 20 meter tersebut.
Balai itu dibangun tahun 2005, dari batang pohon dan rumput rumput alamiah. Koordinator masyarakat adat TTS, Aleta Baun di Soe, Minggu (15/4/2012), mengatakan, masyarakat adat suku Molo berjumlah sekitar 50.000 orang, dan sejak awal Maret 2012 tidak memiliki Balai Musyawarah Adat.
"Kami sangat kesulitan karena menyediakan bahan dan membangun kembali balai itu. Kami butuh dana sekitar Rp 140 juta," kata Aleta.
Pemkab TTS sudah dilapori soal itu, tetapi belum ada tindak lanjut. Masyarakat setempat lalu berencana membangun secara swadaya. Pembangunan balai itu akan diawali dengan upacara adat. Angin puting beliung yang menghancurkan balai itu dinilai kutukan atau amarah leluhur. Balai adat biasa digunakan untuk pertemuan adat, upacara adat, penyelesaian masalah kriminal dalam desa secara adat, dan sumpah adat.
Sementara itu beberapa rumah di Desa Tonsewer dan Tonsewer Selatan, Kecamatan Tompaso Barat Kabupaten Minahasa , rusak berat dihantam angin puting beliung, Sabtu (14/4/2012). Hukum tua Desa Tonsewer, Bernard A Pantouw menjelaskan, angin yang oleh warga desa tersebut disebut angin selendu muncul sekitar pukul 13.30 Wita. Pusaran angin awalnya muncul di areal perkebunan Seda Mata, sekitar 300 meter sebelah timur laut desa. (dari berbagai sumber)
Wallahu A'lam