Melakukan sesuatu dengan lebih banyak bukanlah sesuatu yang membuat perbuatan itu bernilai bagus atau tidak, kedengarannya mungkin bagus pada awalnya jika kita melakukan suatu perbuatan yang banyak, namun demikian akan mubadzir dan terbuang percuma kemudian jika hal tersebut tidak dibarengi dengan banyak bersyukur pula.
Memang tatkala kita melakukan sesuatu yang cukup dan ternyata hasilnya mengagumkan, maka sudah menjadi tabiat manusialah akhirnya kembali ingin menambah sesuatu tersebut agar lebih banyak dan lebih besar, datanglah bisikan - bisikan halus yang mengarahkan kita dan mengatakan atau menyuruh kita
"kamu harus membuat sesuatu yang bagus lainnya Ayo kamu bisa , semua ada ditanganmu , kamulah pemenangnya , kamulah segalanya, kuasai semua , miliki semua , kamu akan kekal dan tidak akan binasa , apa yang kamu inginkan akan terlaksana"
Tidak disadari memang ketika hal tersebut telah menjadi terbiasa dan kebiasaan, sehingga lupalah kita kepada Raja Segala Raja Pemilik Kebesaran Dan Kemulyaan , Yang Mengatur Segala Sesuatu dan Berkuasa Atas Tiap - Tiap Sesuatu.
Hilanglah potensi kesadaran manusia akan kebutuhan Pertolongan Sang Pencipta, sehingga mereka menganggap bisa dan mampu melakukan segalanya, yang pada akhirnya menempatkan manusia itu kepada pengakuan bahwa dirinyalah Yang Menentukan.
Memang tatkala kita melakukan sesuatu yang cukup dan ternyata hasilnya mengagumkan, maka sudah menjadi tabiat manusialah akhirnya kembali ingin menambah sesuatu tersebut agar lebih banyak dan lebih besar, datanglah bisikan - bisikan halus yang mengarahkan kita dan mengatakan atau menyuruh kita
"kamu harus membuat sesuatu yang bagus lainnya Ayo kamu bisa , semua ada ditanganmu , kamulah pemenangnya , kamulah segalanya, kuasai semua , miliki semua , kamu akan kekal dan tidak akan binasa , apa yang kamu inginkan akan terlaksana"
Tidak disadari memang ketika hal tersebut telah menjadi terbiasa dan kebiasaan, sehingga lupalah kita kepada Raja Segala Raja Pemilik Kebesaran Dan Kemulyaan , Yang Mengatur Segala Sesuatu dan Berkuasa Atas Tiap - Tiap Sesuatu.
Hilanglah potensi kesadaran manusia akan kebutuhan Pertolongan Sang Pencipta, sehingga mereka menganggap bisa dan mampu melakukan segalanya, yang pada akhirnya menempatkan manusia itu kepada pengakuan bahwa dirinyalah Yang Menentukan.
"Sesungguhnya perumpamaan kehidupan duniawi itu, adalah seperti air hujan yang Kami turunkan dan langit, lalu tumbuhlah dengan suburnya karena air itu tanam-tanaman bumi, di antaranya ada yang dimakan manusia dan binatang ternak. Hingga apabila bumi itu telah sempurna keindahannya, dan memakai pula perhiasannya, dan pemilik-permliknya mengira bahwa mereka pasti menguasasinya,
tiba-tiba datanglah kepadanya azab Kami di waktu malam atau siang, lalu Kami jadikan tanam-tanamannya laksana tanam-tanaman yang sudah disabit, seakan-akan belum pernah tumbuh kemarin.
Demikianlah Kami menjelaskan tanda-tanda kekuasaan Kami kepada orang-orang berfikir" Yunus : 24
Wallahu A'lam
