Home » , » Tower Radio Setinggi 7 Meter Roboh

Tower Radio Setinggi 7 Meter Roboh

Amukan angin puting beliung dan hujan deras juga dirasakan warga di kawasan Keputih Permai. Sebuah tower radio FM milik Masjid Toyyibah roboh menimpa rumah warga. Beruntung, tidak ada korban jiwa. Sekitar pukul 15.00 WIB, saat hujan deras disertai angin puting beliung, tower setinggi lebih dari 7 meter ini tak kuat menahan angin. Akibatnya, tower radio tersebut jatuh dan menimpa sebuah rumah milik seorang warga.

Kejadian ini pun mengakibatkan beberapa kabel listrik yang menuju ke rumah-rumah putus. Tak hanya itu, arus listrik di sekitar kawasan Keputih Permai terpaksa harus dipadamkan. "Sekitar pukul 15.00 WIB, tower mungkin sudah tak sanggup menahan kecepatan angin puting beliung," kata Sodiq (34) salah satu warga Keputih Permai, Sabtu (17/3/2012).

Data yang berhasil dihimpun detiksurabaya.com, ujung tower tersebut selain mengenai atap rumah, juga sudah jatuh menyentuh tanah. Tower tersebut juga menimpa bentangan kabel listrik. Meski hujan yang disertai angin puting beliung ini terjadi sekitar 20 menit, efeknya sangat besar dirasakan warga Keputih Permai. Sebab, ranting-ranting pohon juga ikut mengotori sekitar kawasan tersebut.

"Hujan disertai angin puting beliung memang cuma 20 menit," terangnya.

Hingga pukul 16.05 WIB, warga sekitar masih membersihkan sisa-sisa ranting pohon dan patahan tower yang berserakan di Jalan Keputih Permai. Listrik di kawasan tersebut juga masih padam. Warga hanya bisa pasrah.

Angin Kencang, Bukan Hanya Musibah Tapi Harus Jadi Pembelajaran

Angin puting beliung seharusnya tidak hanya dianggap sebagai bencana alam atau musibah. Kerusakan yang ditimbulkannya semestinya menjadi pembelajaran bersama. Diakui Amien Widodo Peneliti Pusat Studi Bencana ITS Surabaya, tidak mungkin menghindari terjangan angin kencang. Namun, fenomena ini tentunya bisa dipelajari. "Seringnya hanya dianggap bencana alam. Tidak mempelajari kesalahan yang ada. Musibah, sudah selesai. Padahal bisa dipelajari. Karena ternyata yang ambruk tidak semua, yang hancur apa saja," kata Amien pada Suara Surabaya, Sabtu (17/3/2012).

Pengamatan Amien, pohon-pohon yang tumbang ternyata bukan berakar tunjang. Sehingga tidak mencengkeram dengan kuat. Posisinya menyamping dan tidak lebar. Belum lagi jika harus menopang kanopi dengan ukuran yang cukup besar. Wajar, jika kemudian mudah rusak diterjang angin kencang.

Di sisi lain, tumbangnya pohon bisa disebabkan dari tanah yang lunak dan air asin yang terkandung di bawah permukaan tanah. Akibatnya, akar pohon tidak mau menjulur ke bawah. Belajar dari kondisi ini, Amien menyarankan harus ada standar operasional (SOP) penebangan. Jika menemukan, pohon berdiameter tertentu dengan kanopi berukuran tertentu, maka harus ditebang sebelum menimpa orang. Terutama di daerah bertanah lunak seperti Surabaya bagian timur dan utara.

"Pemkot harus punya SOP penebangan terutama di pinggir jalan, taman dan kantor-kantor. Sebelum menebang, harus lebih dulu menanam (pohon lain). Sehingga ketika ditebang, pohon lain itu sudah besar," ujar Amien.

Dalam hal ini, Dinas Pertamanan harus bertanggungjawab. Merekalah yang mesti memonitor, mengevaluasi dan melakukan pemeliharaan. Sedangkan untuk masyarakat, dianjurkan untuk melapor jika di sekitarnya terdapat pohon-pohon ataupun bangunan yang rawan rusak terkena angin. Laporan itu harus segera ditindaklanjuti pemeirntah. Jangan sampai, kejadian Waduk Situ Gintung terjadi lagi. Saat itu, warga sudah melaporkan kondisi waduk setahun sebelumnya, namun ternyata tidak ada reaksi sampai akhirnya jebol dan menelan korban jiwa.(git)

Tumbangnya pohon akibat angin kencang di kawasan Panglima Sudirman Surabaya. Kondisi ini harusnya jadi pembelajaran bersama.

Surabaya -


Share this article :

Followers

 
Support : Creating Website | Template | Mas
Copyright © 2011. Dunia Dan Akherat - All Rights Reserved
Template Modify and Proudly powered by Free Blog