Kasus kebakaran di Jakarta Utara semakin hari semakin mengkhawatirkan. Sebab, jumlah korban tewas dalam musibah kebakaran tersebut semakin bertambah. Tercatat sejak Januari hingga Mei 2012 telah terjadi 68 kasus kebakaran, dan menewaskan 9 korban jiwa, serta 12 orang lainnya mengalami luka-luka. Jumlah korban meningkat tajam dibandingkan periode yang sama tahun 2011 lalu yang mencapai 70 kasus, 2 korban tewas, dan 4 orang luka-luka.
"Jumlah korban tewas akibat kebakaran pada tahun ini ada 9 orang. Jumlah ini mengalami peningkatan dua kali lipat dibandingkan tahun 2011 lalu yang hanya 4 orang tewas," kata Nurdin Silalahi, Kepala Seksi Operasi Sudin Pemadam Kebakaran dan Penanggulangan Bencana (Damkar dan PB) Jakarta Utara.
Nurdin menyebutkan, dari 68 kasus kebakaran pada tahun 2012, 17 kasus terjadi bulan Januari, 12 kasus Februari, 13 kasus Maret, 13 kasus April, dan 13 kasus Mei. "Penyebab terbesar kebakaran pada tahun ini akibat korsleting listrik. Sedangkan lainnya karena kompor gas, lampu, rokok, dan lain-lain," ujarnya.
Menurutnya, ke-68 kasus kebakaran tersebut telah mengakibatkan 1.280 kepala keluarga (KK) atau 5.383 jiwa kehilangan tempat tinggal dengan nilai kerugian sekitar Rp 18 miliar. Untuk daerah yang paling rawan kasus kebakaran, Nurdin menyebut Kecamatan Penjaringan sebagai kawasan zona merah yang merupakan daerah padat penduduk dan banyak terdapat bangunan semi permanen yang mudah terbakar.
"Peristiwa kebakaran terbesar di Jakarta Utara pada tahun 2012 terjadi di sebuah ruko di Muara Karang, Blok Z8U RT 11/03 Kelurahan Pluit pada (15/5) lalu, yang menewaskan tiga orang anak. Sedangkan, peristiwa yang mengalami kerugian terbesar terjadi di gudang oli Jalan Karang Pluit Selatan, Pluit, Penjaringan, pada (22/3) dengan kerugian Rp 1 miliar," ungkapnya.
Untuk mengantisipasi meningkatnya kasus kebakaran, selain memberikan penyuluhan kepada warga, pihaknya juga menyiagakan 70 unit mobil pemadam kebakaran dengan 450 personil, 6.000 Alat Pemadam Api Ringan (APAR), 350 hidran, dan 589 smart alarm.