Home » , , » Mengajak Untuk Menyembah Allah

Mengajak Untuk Menyembah Allah

Allah Subhanahu Wata'ala telah memerintahkan tidak hanya kepada seluruh umat manusia akan tetapi juga seluruh Makhluk-Nya baik itu jin , malaikat , dan atau tumbuhan, burung serta langit dan bumi untuk hanya menyembah Allah Yang Maha Pencipta tidak menyembah kepada selain-Nya.

Tidak ada Tuhan kecuali Allah, yang lain selain Allah pasti bukan Tuhan yang Menciptakan makhluk sehingga tidak layak disembah. Dia lah Allah Tuhan Yang Mahaesa, tiada yang patut untuk disembah selain Dia.

Sekiranya ada umat manusia dan atau makhluk yang masih “menyembah” secara bersamaan, menyembah Allah dan juga menyembah kepada selain-Nya, berarti telah menduakan. Inilah yang dikenal dengan syirik atau menyekutukan Allah Subhanahu Wata'ala dan menjadikan yang lain sebagai tandingan-Nya.

Itulah sebabnya, Allah Swt menegaskan agar hanya menyembah Allah, tidak menyembah selain kepada-Nya. “Selain” bermakna di luar Dia (Allah) yang disamakan ‘memiliki’ kemampuan berbuat sebagaimana Allah Berbuat. Padahal, “Selain” itu dapat berbuat hanya karena Allah Yang Maha Berkehendak menjadikan “Selain” dapat berbuat sebagaimana yang dikehendaki-Nya. “Selain” itu adalah makhluk-Nya. Boleh jadi benda mati, benda hidup misalnya, manusia, pohon dan hewan atau benda yang tak tampak seperti angin, jin, malaikat.

Maka, yang disebut “Menyembah” adalah tunduk dan merendahkan diri di hadapan kemahabesaran-Nya yang diyakini di dalam hatinya sebagai Tuhan. Menundukkan saja tanpa merendahkan diri belum dapat disebut menyembah kepada yang ditundukinya. Begitu juga, bila menundukkan dan merendahkan diri di hadapan sesama makhluk-Nya, tetapi di dalam hatinya tidak ada keyakinan sebagai Tuhan, maka juga tidak dapat dipandang telah berbuat menyembah kepadanya.

Pendapat adalah produk otak, bukan hasil yang diterima berdasarkan petunjuk langsung dari dalam jiwa (ilham, laduni robbaniyyah atau wahyu). Pendapat lebih merupakan hasil tela'ah akal berdasarkan olahan dan analisa dengan menggunakan suatu metode yang sudah dibakukan oleh rumusan manusia.

Sedangkan pesan-pesan luncuran (yang bersumber dari dalam jiwa atau hati atau ruh atau diri) lebih merupakan ilham atau petunjuk (proses pengajaran yang diturunkan karena kekuasaan Allah atas kehendak-Nya kepada siapa yang Dia kehendaki). Karena itu, petunjuk sangat berbeda cara pengungkapannya dalam menjelaskan suatu topik pembicaraan.

Pemutlakan pendapat termasuk syirik, sedangkan pesan-pesan luncuran, karena tidak didasarkan oleh nafsu keinginan mengikuti apa yang telah diproporsionalkan oleh kehendak-Nya. Pesan-pesan luncuran bersifat mempertegas apa yang sudah ada di dalam firman-Nya atau hadits Nabi-Nya Saw. Inilah kemahabijaksanaan Allah (Al-Hikmah) dalam mengajarkan ilmu-Nya kepada orang-orang yang tunduk dan patuh kepada-Nya.

Dengan kemahabijaksanaan-Nya, kaum mukmin dapat mengenal Tuhannya. Gunung yang tinggi dapat didaki, lautan pun dapat diseberangi, maka dalamnya hati tentu saja juga dapat dipahami, Manusia sesungguhnya merupakan makhluk yang dimuliakan oleh Allah Azza wa Jalla karena Dia telah menganugerahkan akal kepadanya. Karena itu, Allah Swt berkehendak agar manusia, dengan akalnya, dapat memahami maksud Allah menciptakannya.

Kita sebenarnya memiliki peluang untuk menyembah kepada Allah dengan semurni-murninya. “Menyembah,” sebagaimana penjelasan di atas, tidak dimaksudkan agar para pelakunya (Penyembah) sebatas menyembah tanpa mengetahui siapa dan bagaimana yang disembah. Pengetahuan akan Allah (sebagai Tuhan Yang Patut Disembah) sudah sepatutnya untuk dimiliki sehingga kita dapat mengenali diri-Nya. Mengenal diri-Nya hanya dapat diketahui sekiranya kita lebih dahulu mengenal diri sendiri.

Semua itu dibutuhkan agar kita, sekali lagi, tidak salah dalam “Menyembah.” Praktek beribadah masih banyak ditemukan tidak sebagaimana seharusnya, selain hanya sekedarnya saja. Apa pun mazhab / sekte pemikiran yang diikutinya, sesungguhnya bukan itu yang menjadi penentu kesungguhan dalam beribadah kepada-Nya. Bila telah terpilih, sesuai keyakinan sesudah mengkaji sebuah mazhab, maka hendaklah tinggalkan perseteruan.

Anehnya, orang-orang yang lahir kemudian menyoal dengan kemampuan akalnya seolah benar pendapatnya atas suatu perkara yang dibawakan oleh para Imamnya, Sedangkan yang lain dipandang salah dan perlu dipersalahkan. Inilah, sekali lagi, jebakan iblis untuk menjerat kaum muslim ke dalam pertengkaran sebuah keyakinan yang diusung oleh Imamnya masing-masing. Seandainya Dia tidak Bijaksana dalam menyaksikan semua perbedaan ini, tentu saja, Dia pasti akan murka menurunkan bala kepada umat Islam yang masih menyimpan ketidakmampuan akalnya menjangkau kehendak Allah Azza wa Jalla.


Wallahu A'lam


Share this article :

Followers

 
Support : Creating Website | Template | Mas
Copyright © 2011. Dunia Dan Akherat - All Rights Reserved
Template Modify and Proudly powered by Free Blog