Dengan masjid yang dihadiri banyak jamaah dan generasi muda yang melihat Islam sebagai landasan identitas mereka, Chechnya mulai memperlihatkan kebangkitan Islam setelah dua dekade perang dengan Rusia.
"Generasi ini kehilangan masa kanak-kanak untuk perang," Imam Yasrayel Ayubov dari desa Serzhen-Yurt, dekat ibukota Chechnya Grozny, mengatakan kepada USA Today pada hari Kamis, 22 Maret.
"Pendidikan mereka terganggu, dan mereka tumbuh dalam semalam. Namun ketika datang Islam, orang muda jauh lebih berpendidikan dan jeli dari generasi sebelumnya."
Masjid di seluruh propinsi sekarang dipenuhi dengan jamaah setiap hari. Desa Serzhen-Yurt, misalnya, memiliki sembilan masjid untuk melayani 5.000 penduduknya.
Jilbab juga menjadi populer di kalangan wanita Chechnya, terutama generasi muda. Masjid dan pusat Islam sekarang sedang dibangun dengan cepat.
Stasiun TV lokal juga meningkatkan volume pemrograman yang ditujukan untuk identitas Islam Chechnya.
Ajaran Islam sekarang menjadi subjek wajib di sekolah Chechnya, yang kini memiliki ruang ataupun bangunan untuk beribadah.
"Chechnya kini aktif memposisikan diri tidak hanya sebagai bagian dengan hubungan otonom dari Rusia tapi juga sebagai pusat Muslim," kata analis Rusia Nikolai Petrov dari Carnegie Moscow Center.
Identitas Islam
Setelah menyaksikan kengerian perang di masa kecil mereka, Chechen muda sekarang melihat Islam sebagai landasan identitas mereka.
Misalnya remaja 15 tahun, Seda Makhagieva, berjuang dalam keluarganya untuk meyakinkan mereka untuk mengenakan jilbab.
"Keluarga saya tidak mengijinkan saya untuk memakainya pada awalnya," ujar gadis mungil Chechnya, mengenakan jilbab berwarna pastel, mengatakan kepada USA Today.
"Mereka bilang aku masih terlalu muda. Ibuku memukuli saya dan kakak saya setiap hari, tapi aku tidak peduli.
"Saya seorang Muslim dan itu adalah tugas saya untuk memakainya."
Pada generasi sebelumnya, wanita yang telah menikah di Chechnya menutupi rambut mereka dengan syal kecil berbentuk segitiga sebagai tanda hormat dan kesopanan.
Tapi sekarang, wanita Chechen muda mengenakan pakaian Muslim. Sekarang, setengah dari anak perempuan teman Seda di kelas sembilan di desa Serzhen-Yurt mengenakan jilbab, tata cara berpakaian wajib bagi wanita dalam Islam.
"Saya tidak ingin mereka memakai jilbab," kata ibu Seda, Rosa Makhagieva, 45 tahun, merujuk pada ketiga putrinya.
"Saya marah, berteriak dan bahkan memukul mereka.
"Suami saya bertentangan dengan saya. Dia berkata, 'Jika kamu tidak mengijinkan mereka untuk memakainya, saya akan memaksamu memakainya.'"
Tetapi beberapa Chechnya berpandangan berbeda mengenai tren positif ini, karena sekolah juga menganjurkan muridnya untuk memakai jilbab. Kritikus mengatakan pemerintah sekarang memaksa semua siswi, terlepas dari agama mereka, memakai penutup kepala, lengan panjang, dan rok di bawah lutut di sekolah umum dan bangunan pemerintah. Mereka yang menolak akan menjadi sasaran kritik.
"Tidak semua orang bereaksi dengan baik," kata guru Malika Taramova, 20 tahun, yang memiliki pandangan berbeda.
"Sekarang ada rumor bahwa semua guru harus memakai jilbab. Orang tua saya mengatakan kepada saya mereka akan membuat saya berhenti bekerja jika itu terjadi."
[muslimdaily.net]