Tingginya intensitas gempa tektonik dalam tiga hari terakhir di wilayah Situbondo, Jawa Timur, mendapat perhatian Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika Jawa Timur. Stasiun Geofisika Kelas II Tretes telah mengirim seismograf single station tipe TDS-III ke Situbondo untuk mendeteksi episentrum gempa. Alat untuk mendeteksi gempa tersebut dipasang di belakang kantor Badan Penanggulangan Bencana Daerah Situbondo.
"Gempa di Situbondo ini tergolong agak unik karena disertai dengan suara dentuman dan gerakan kecil," ujar Benni Sipollo, Kepala Stasiun Geofisika Kelas II Tretes.
Ia mengatakan, intensitas gempa yang terjadi sangat tinggi karena dalam beberapa hari terakhir ini sudah terjadi 17 kali gempa. Meski tak menimbulkan kerusakan material karena kekuatan gempa kecil, hal tersebut mendapat perhatian serius. "Kami langsung mendapat instruksi atasan di Bali untuk memasang alat pendeteksi gempa di Situbondo," katanya.
Gempa pertama kali dirasakan warga Situbondo pada Jumat lalu, 6 April 2012, pada pukul 17.00 WIB. Gempa yang disertai dentuman itu berkekuatan 2,7 Skala Ricther berada di kedalaman 10 km. Gempa swarm ini, disebabkan adanya tumbukan lempengan utama dari patahan-patahan di Situbondo. Sedangkan suara dentuman diperkirakan akibat pelepasan energi di daerah patahan yang bergerak secara perlahan. "Apalagi asal gempa sangat dangkal, sehingga dapat didengar oleh warga," katanya.
BMKG menghimbau supaya warga tidak khawatir dengan gempa swarm tersebut, karena tidak berpotensi menimbulkan kerusakan. Gempa swarm sebelumnya pernah terjadi di Kabupaten Trenggalek, Jawa Timur, yang berlangsung hingga dua bulan. Kepala BPPD Situbondo, Zainul Arifin, mengatakan, lembaganya menerima banyak pertanyaan dari masyarakat yang khawatir akan gempa tersebut. Menurut dia, dengan adanya alat tambahan dari BMKG ini dapat memberi kepastiaan penyebab gempa tersebut. "Kami sangat terbatas untuk mengetahui penyebab gempa, sehingga tidak dapat menjawab keresahan masyarakat," kata dia.
Menurut dia, gempa yang terjadi di Situbondo sudah sampai pada tipe swarm atau sekumpulan gempa dengan skala kecil-kecil II-IV MMI. Selain diiringi suara dentuman, gerakannya juga ke atas dan bawah. Goyangan ke atas dan bawah itu biasa disebut gelombang sekunder. "Karena itulah, warga diimbau tidak terlalu panik karena gempa di Situbondo tidak akan menimbulkan kerusakan," ujar Benni.
Ia menambahkan, suara dentuman akibat gempa itu sering kali terjadi di daerah patahan bumi. Suara dentuman itu sendiri muncul sebagai energi akibat desakan lempengan bumi yang mengarah ke daerah patahan. "Awalnya, kami menduga sumber gempa ada di dasar laut. Namun, setelah dilakukan plotting, ternyata sumber gempa itu ada di darat, yakni sekitar 10 kilometer arah utara kota Situbondo," ungkapnya.
Ia menyebutkan, saat ini intensitas gempa cenderung menurun dengan kekuatan sekitar 1,7 skala Richter. Gempa tersebut terakhir terjadi pada Senin sekitar pukul 01.20.
Berikut catatan gempa dini hari tadi yang berhasil direcord peralatan seismograf single station tipe TDS-III di belakang kantor Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) di Jalan WR Soepratman, Situbondo. Antara lain, Earquake center: Latitude -7.73deg; logitude 114.02deg, Depth 10 KM; Magnitude MI 1.7, mB0.0, Ms0.9; Distance 3.6KM Azimuth: 140.9deg; Pluse 0.0sec.
"Kalau dilihat dari kekuatannya tren gempa Situbondo mulai menurun. Mudah-mudahan akan terus turun hingga bisa segera kembali ke kondisi normal," papar Benni Sipollo di kantor BPBD Situbondo. (dari berbagai sumber)
Wallahu A'lam