Sesungguhnya, segala puji bagi Allah , kami memuji, meminta pertolongan dan ampunan kepada-Nya. Kami berlindung kepada Allah dari kejahatan diri dan keburukan perbuatan kami. Barang siapa yang diberi petunjuk oleh Allah, maka tiada orangyang bisa menyesatkannya. Barangsiapa yang disesatkan-Nya, maka tiada orang yang bisa memberikan hidayah kepadanya.
Aku bersaksi bahwa tidak ada Tuhan yang berhak disembah selain Allah Yang Maha Esa, tidak ada sekutu bagi-Nya. Aku bersaksi bahwa Muhammad adalah hamba dan utusan-Nya. Semoga Allah melimpahkan shalawat dan salam kepada beliau, keluarga dan sahabatnya serta orangorang yang mengikuti jejak mereka dengan baik hingga hari kiamat.
Hidup di bawah Al Qur'an merupakan suatu kenikmatan. Kenikmatan yang hanya bisa dirasakan oleh orang yang pernah mereguknya Segala puji bagi Allah, yang telah mengarunia kehidupan di bawah naungan Al Qur’an. Pada saat-saat susah maupun sedih seolah tiada pernah hilang kenikmatan hidup di bawah naungan Al Qur’an, suatu kenikmatan yang tidak pernah tertandingi. Saya merasakan betapa kenikmatan yang telah meningkatkan, memberkati, dan mensucikan kehidupan manusia.
Saya hidup mendengarkan Allah -Maha suci Dia- berbicara kepadaku dengan Al Qur’an ini, meski aku adalah seorang hamba yang kecil dan kerdil. Kemuliaan apa yang dapat menandingi kemuliaan yang dilimpahkan oleh Tuhan yang Maha Tinggi lagi Maha Mulia ini? Adakah peningkatan martabat kehidupan yang lebih baik dari apa yang telah ditingkatkan oleh Al Qur’an ini? Adakah kedudukan (maqam) manusia lebih utama ketimbang kedudukan yang telah dianugerahkan Tuhan Penciptanya yang Maha Mulia?
Hidup di bawah naungan Al Qur’an- memandang diri dalam kehidupan yang lebih baik dengan mendengarkan seruan yang tingi lagi mulia, seruan yang meninggikan, memberkati, dan mensucikan kehidupan. hidup di bawah naungan Al Qur’an dengan mencermati dan menikmati konsep tentang wujud yang demikian sempurna, lengkap, tinggi, dan jernih. Tentang tujuan semua wujud, tujuan eksistensi manusia.
Hidup dibawah naungan Al Qur’an merasakan keharmonisan yang amat indah antara gerak kehidupan manusia sebagaimana yang dikehendaki Allah dan gerak alam semesta yang diciptakan-Nya. hidup di bawah naungan Al Qur’an- menyaksikan wujud ini jauh lebih besar ketimbang tampak luarnya yang tersaksikan. Lebih besar dalam hakekatnya. Lebih besar dalam berbagai aspeknya. Ia adalah alam ghaib dan alam nyata, bukan alam nyata belaka. Ia adalah dunia dan akhirat, bukan dunia semata-mata. Kehadiran manusia tak lain hanyalah merupakan kelanjutan dalam hamparan perjalanan yang amat panjang. Kematian bukanlah akhir perjalanan tetapi merupakan fase dalam perjalanan itu. Apa yang dicapai manusia di muka bumi ini bukanlah keseluruhan perolehannya, tetapi hanya bagian kecil darinya. Balasan yang luput dari dirinya di sini, tak akan luput di alam sana. Karena tidak ada lagi kezaliman, tidak ada lagi yang dirugikan dan tidak ada lagi yang disia-siakan. Hanya saja perlu disadari bahwa fase yang dilalui manusia di atas planet ini tidak lain hanyalah merupakan perjalanan di suatu jagat raya yang hidup dan menyenangkan, alam yang bersahabat dan akrab, alam yang punya ruh yang memberi dan merespon, alam yang menuju kepada Pencipta yang Maha Esa yang menjadi arah dan tujuan roh seorang Mukmin
Karena limpahan kemuliaan dan ketinggian ini diberikan kepada manusia ini maka Allah menjadikan ikatan yang bisa menghimpun manusia adalah ikatan yang bersumber dari tiupan ilahiyah yang mulia itu, Dia menjadikannya sebagai ikatan ‘aqidah fillah. Aqidah inilah yang menjadi tanah air, kebangsaan dan keluarga seorang mukmin. Karena itu, atas dasar aqidah ini saja manusia bisa bersatu, tidak seperti binatang ternak yang berhimpun atas dasar rumput, padang gembalaan, dan kawanan.
Semoga dan semoga kita bisa mengambil manfaat, berkah , rahmat dan syafaat dari apa yang telah Allah Subhanahu Wata'ala Firman-kan yang ditulis oleh para penulis yang mulia lagi berbakti yakni Kitab Suci Al Quran. Aamiin ya Rabbal 'Alamiin
Wallahu A'lam