Oleh : Prof Dr. Haji Syaidi Syekh Kadirun Yahya Muhammad Amin
Metafisika merupakan scientifical explanation dari ayat-ayat Al-Qur’an dan Al-Hadist, yang antara lain meneliti sehalus-halusnya dengan eksak satu hal yg maha bernilai yaitu methode mendirikan shalatul khasiin (shalat yg khusyuk).
Secara literal meta berarti beyond atau more comprehensive. Maka ilmu metafisika adalah ilmu yg melebihi ilmu fisika. Berbeda dari pengertian ilmu metafisika dalam khasanah western science , ilmu metafisika yg kita maksud di sini adalah ilmu fisika yg dilanjutkan atau di tingkatkan sehingga masuk ke dalam ilmu bilghoibi (ghaib atau rohani). Dengan ilmu metafisika akan terungkap apa itu agama. Kebenaran-kebenaran dan rahasia-rahasia agama yg selama ini dianggap misterius, mistik, ghaib, dan sebagainya akan menjadi nyata, riel, dan dapat dijelaskan secara ilmiah. Hal ini mirip dengan peristiwa-peristiwa kimiawi yg dulunya dianggap misterius, nujum, sulap, untuk menakut-nakuti, dsbnya, dengan ilmu kimia menjadi nyata, riel, dan dapat dijelaskan secara ilmiah.
Dengan ilmu metafisika jelas bahwa agama tak lain terdiri dari hukum-hukum yg riel seperti juga alam jagad raya yg tak lain terdiri dari hukum-hukum fisika, kimia, dan biologi. Hanya saja martabat dan dimensi hukum-hukum agama tersebut lebih tinggi dan bersifat absolut serta sempurna.
Dengan penjelasan yg masuk akal dan ilmiah maka ajaran-ajaran agama dapat diterangkan secara logis sehingga keimanan meningkat menjadi ilmul-yakin, seterusnya ke aynul-yakin, dan akhirnya haqqul-yakin. Tanpa penjelasan yg logis maka ajaran agama menjadi dogma. Tanpa penjelasan yg logis ajaran agama sekedar di telan tanpa dihayati maksud dan tujuannya
Keimanan yg kokoh dapat menangkal berbagai serangan atheisme. Maka, dengan metafisika ilmiah lah kita bisa menghargai betapa tanpa adanya agama maka manusia tidak mungkin percaya adanya Tuhan. “Religion, believe in God has proved to be the greatest blessing ever existed for mankind and humanity in this life and the hereafter” (Yahya: 1981).
Dalam ilmu fisika, para sarjana fisika yg mempelajari serta melakukan penelitian ilmiah terhadap alam semesta ini dengan mengikuti kaidah-kaidah rukun-rukun dan syarat-syarat serta mengikuti metode yang tepat telah memperoleh buah yg bisa kita sebut “pahala”.
Seperti penelitian-penelitian dalam bidang elektronika telah membuahkan pahala berupa rahmat dari alat-alat elektronik yg memudahkan dan membuat nyaman kehidupan manusia dewasa ini.
Seperti penelitian-penelitian dalam bidang elektronika telah membuahkan pahala berupa rahmat dari alat-alat elektronik yg memudahkan dan membuat nyaman kehidupan manusia dewasa ini.
Demikian pula, bila penelitian dan percobaan diteruskan dan ditingkatkan ke alam metafisika, dengan mengikuti rukun-rukun dan syarat-syarat serta metode yang tepat dapat pula dipetik energi metafisika dari sisi Tuhan yang dapat membuahkan rahmat serta pahala yaitu berupa penghancur semua energy alam metafisika yang batil dan negatif. Demikian pula pahala dan rahmat energy alam metafisika ini dapat pula menghancur leburkan hukum-hukum di alam fisika yg lebih rendah dimensinya. “A higher dimension command a lower dimension”. Contohnya, keampuhan energy alam metafisika yg disalurkan oleh nabi Musa a.s. mengalahkan alam fisika dengan membelah laut merah sehingga memungkinkan umatnya menyeberang tatkala dikejar oleh bala tentara Fir’aun.
Pahala dan rahmat dari alam metafisika ini dapat pula berupa pembangun dan penjaga alam fisika atau metafisika. Nabi Muhammad s.a.w. misalnya dengan energy Ketuhanan mampu merubah masyarakat Arab dari alam jahiliyah ke alam adabiyah. Dengan kaidah yg sama, semua bencana alam, banjir, gunung meletus, tsunami, gempa bumi, dsbnya dapat pula dikalahkan atau dihindarkan oleh energy alam metafisika, seperti dalam hadist riwayat imam Muslim berikut: “Laa taquumus saa’tu hattaa laa yabqa’alaa wajhil ardhi mayyaquulu, Allah, Allah”, yg artinya “Tidak akan datang kiamat, kecuali jika tidak ada lagi orang yang menyebut, Allah, Allah”.
Kemudian, sebagai halnya ilmu fisika yg mendapat tempat dalam menerangkan kebesaran kalimat Allah di alam semesta ini sementara ilmu metafisika menjelaskan kebesaran kalimat Allah di alam ghaib, maka ilmu syariah Islam mendapat tempat pula dalam menentukan hukum-hukum ibadah sesuai dengan Al-Qur’an dan Al-Hadist, sementara ilmu metafisika Islam tidak mengganggu gugat barang sezarahpun soal dan cara beribadah. Ilmu metafisika Islam hanya merupakan penjelasan ilmiah dari ayat-ayat Al-Qur’an dan Al-Hadist untuk menemukan metode mendirikan shalat yg khusyuk serta berkekalan mengingat Allah dimana dan kapan pun.
Shalat adalah tiang agama dan yang paling pertama diperiksa nanti. Allah S.W.T. tidak mau mundur satu noktah pun dari takaran bahwa shalat yg diterima adalah shalat yang khusyuk, seperyti firman-Nya dalam QS:107:4-5: “Fawaylul lilmu shalliinalladziina hum’an shalaatihim saahun” yang artinya, “Maka celakalah bagi orang-orang yg shalat (yaitu) orang-orang yg lalai dalam shalatnya”. Dengan demikian perkara mencapai shalatul khaasi’in ini merupakan masalah “to-be or not to-be”.
Sebagai hal yg maha penting dan maha pokok, sudah barang tentu metode cara menegakkan shalat yg khusyuk ini ada terdapat dalam Al-Qur’an. Namun tempatnya berada pada lapisan yang terdalam dari Al-Qur’an, karena nilainya yg sungguh sangat tinggi. Seperti halnya mutiara yg paling berharga dan tersimpan di dalam kerang yg berada di balik lumpur di dasar laut yg paling dalam. Hanya dengan ilmu tasauf Islam dan ilmu metafisika eksakta lah metoda shalatul khasiin ini dapat diungkapkan dari balik ayat-ayat agung Al-Qur’an. Bagaimana metode tersebut lebih rincinya, akan di bahas pada episode berikutnya.