Home » , » Dunia Ini Kesenangan Yang Menipu

Dunia Ini Kesenangan Yang Menipu

Segala puji bagi Allah, Tuhan sekalian alam. Selawat serta salam buat junjungan mulia Nabi Muhammad S.A.W. keluarga serta para sahabat dan pengikut yang istiqamah menuruti baginda hingga ke hari kiamat.

Saudara yang dirahmati Allah, Betapa ramai manusia menjadi lupa daratan. Betapa ramai manusia menjadi ingkar. Betapa ramai manusia tidak dapat bersyukur. Betapa ramai manusia menjadi derhaka dan berkhianat. Mereka melupakan tujuan hidupnya ketika di dunia dan hanya mengejar kenikmatan dunia. Dunia yang dikejar akan berakhir. Tempat manusia hidup. Tempat manusia memuja kenikmatan. Semuanya menjadi sia-sia belaka.

Kehidupan di dunia merupakan permainan dan senda gurau. Ada kalanya menang ada kalanya kalah. Susah dan senang silih berganti. Senangnya merupakan kesenangan yang menipu, sedihnya merupakan kesengsaraan sementara. Itulah di namakan kehidupan di alam fana. Sungguh berbeda dengan kehidupan sejati dan abadi di akhirat nanti. Barangsiapa senang, maka ia akan selamanya senang (Ya Allah, masukkanlah kami ke dalam golongan ini). Barangsiapa menderita, maka ia akan menderita selamanya (na’udzu billahi min zalik).

Al-Quran menyebutkan bahawa kehidupan di dunia tidak lebih hanya main-main dan senda gurau semata, Sebagaimana Firman Allah Subhanahu Wata'ala maksudnya : "Dan tiadalah kehidupan dunia ini, selain dari main-main dan senda gurau belaka. Dan sungguh kampung akhirat itu lebih baik bagi orang-orang yang bertakwa. " (Surah Al-An'aam ayat 32)

"Dan tiadalah kehidupan dunia ini melainkan senda gurau dan main-main. Dan sesungguhnya akhirat itulah yang sebenarnya kehidupan, kalau mereka mengetahui." (Surah Al-Ankabut ayat 64)

Apabila kalian merasai kesukaran dan menghadapi banyak masaalah hidup di dunia ini, janganlah berputus asa dan rasa kecewa kerana sesungguhnya Allah Subhanahu Wata'ala adalah tempat bergantung dan tempat di letakkan sepenuh pengharapan. Berdoalah bersungguh-sungguh kepada-Nya.

Bersabda Rasulullah Sallallahu ’Alaih Wa sallam: “Doa orang yang sedang menderita (kesedihan yang mendalam) ialah: "Ya Allah, RahmatMu aku harapkan, janganlah Engkau serahkan segala urusanku kepada diriku sendiri walau sekejap mata, perbaikilah segala urusanku, tiada Ilah yang berhak disembah selain Engkau.” (HR Abu Dawud)

Saudara yang dimuliakan, Dalam kehidupan ini ada bertingkat-tingkat tentang kenikmatan dunia. Manusia berlumba-lumba mengejar, hingga kepayahan, dan umurnya habis, dan hidupnya tersungkur, hanya diarahkan mengejar kenikmatan dunia. Tak ada kenikmatan yang sejati. Kenikmatan yang diinginkan manusia dalam kehidupan itu hanyalah kenikmatan yang semuanya hanya ilusi. Khayalan dari manusia yang sudah menjadi tabiat hidupnya hanya untuk kenikmatan dan kemegahan.

Ketahuilah, sesungguhnya kenikmatan yang teragung dan terbesar, iaitu kenikmatan yang dirasai sepenuhnya di hari akhirat nanti. Kenikmatan akhirat itulah yang akan membawa hamba kepada kemuliaan yang kekal. Kerana itu, hakikatnya seorang mukmin, tidak mengejar kenikmatan dunia, yang tidak memiliki keuntungan apa-apa melainkan sedikit sahaja, dibandingkan dengan kenikmatan berupa kemuliaan disisi Allah Azza Wa Jalla.

Tidak ada maknanya kenikmatan dan kelazatan dunia seisinya, yang boleh membuat manusia menjadi lupa dan mabuk, sehingga terlena dengan kehidupan dunia. Kehidupan manusia yang sudah mabuk dunia itu, menjadi sujud, rukuk, dan ibadahnya hanya untuk memenuhi rasa kenikmatan dunia.

Hanyalah orang-orang mukmin, yang layak mendapatkan kenikmatan yang sejati, kerana pahala yang akan dikurniakan oleh Allah Rabbul alamin, sentiasa mengalir, ketika mereka makan, minum, berpakaian, tidur, terjaga, dan dalam perkahwinannya, dan semua amal mereka semata hanya diarahkan untuk mendapatkan reda-Nya. Tidak mencari reda selain-Nya. Apalagi, hanya ingin mendapatkan reda kepada manusia lainnya, yang dapat memberinya kenikmatan dunia. Itu bukan sifat mukmin yang hakiki.

Orang-orang mukmin kerinduan hanya pada kenikmatan atas keimanannya, ibadahnya, kerinduannya hanya kepada Allah Azza Wa Jalla. Ketahuilah, sesungguhnya kenikmatan dunia itu, selalu akan menghalangi seseorang memperoleh kenikmatan akhirat dan bahkan mengantarkan dirinya kepada seksa neraka. Manusia yang matlamat hidupnya kepada kenikmatan dunia, akhirnya menjadikan harta-benda, pangkat, kekuasaan, dan makhluk-makhluk, serta berbagai bentuk berhala-hala, yang menyerupai tuhan, menjadi arah dan tujuan hidup mereka. Seakan semua yang ada itu, mampu memberikan kenikmatan kepada manusia yang bersifat kekal. Karena itu, ketika diakhirat mereka saling mencerca dan menyalahkan.

Firman Allah SWT dalam al-Quran yang maksudnya : "Dan kawan-kawan mereka dari golongan manusia berkata; 'Ya Tuhan, kami telah saling mendapatkan kesenangan, dan sekarang waktu yang telah Engkau tentukan buat kami telah datang.' Allah berfirman.'Nerakalah tempat kamu selama-lamanya, kecuali jika Allah menghendaki lain.' Sesungguhnya, Tuhanmu Maha Bijaksana, Maha Mengetahui. Dan demikianlah Kami jadikan sebagian orang-orang yang zalim itu menjadi teman bagi sebagian yang lain disebabkan apa yang mereka usahakan”. (Surah al-An’aam ayat 128-129).

Kelazatan dan kenikmatan orang yang berbuat zalim dan keji merupakan istidraj (pemberian daripada Allah SWT dalam keadaan Dia murka), yang diberikan Allah SWT agar mereka merasakan seksa yang lebih berat dan mereka akan terlarang untuk merasakan kenikmatan yang paling agung. Seperti orang yang meletakkna makan yang lazat dan diletakkan racun kedalamnya, agar orang yang memakannya mati secara peralahan-lahan. 

Sebaliknya orang yang tidak mau tertipu dengan urusan dunia / permainan dunia dan berbuat kerusakan maka akan disediakan sesuatu yang lebih baik. sebagaimana Firman Allah Subhanahu Wata'ala  maksudnya : “Kebahagiaan di kampung akhirat itu Kami sediakan hanya bagi mereka yang tidak suka menyombongkan diri dan melakukan kerusakan di muka bumi. Dan kesudahan yang baik itu adalah bagi orang-orang yang bertakwa”. (Surah al-Qashash ayat 83).

Marilah sama-sama kita jadikan kehidupan di dunia ini sebagai medan untuk kita beramal dan menyediakan persiapan kita menuju alam akhirat. Tidak mungkin kita akan tenang dan berbahagia apabila membawa bekalan yang sedikit dan tidak berkualitas pula apabila menuju perjalanan yang jauh yaitu ke alam barzakh dan alam akhirat. Janganlah sia-siakan masa, umur, tenaga dan kekayaan yang kita miliki tanpa kita membuat pelabuhan untuk bekal kita di sana, ketika itu apa yang akan menjadi pertukaran adalah amal-amal soleh, amal ibadah, amal kebajikan yang kita lakukan di dunia ini semata-mata kerana Allah SWT. Renungkanlah dan bertindak segera tanpa ditangguh-tangguhkan lagi.

Penjelasan serupa Allah jelaskan dalam surat Al-Ashr surat yang sangat populer yang kita semua hafal, Allah menjelaskan, Wal ashri innal insana lafi khusrin, muaranya sama seperti ayat yang tadi sesungguhnya manusia itu berada dalam kerugian yakni dia akan ikut dalam kondisi laib walahwun, Allah menjelaskan disini wal ashri biasanya ulama menjelaskan ashri demi masa dan demi waktu tetapi dalam penjelasan yang lain yang menurut saya lebih bagus bahwa al-ashr ini maksudnya adalah demi masanya Rasulullah ketika Al-Quran turun ketika Islam turun dan ketika Islam menampakkan atau menginvestasikan dirinya sebagai masyarakat ideal seolah-olah surat ini ingin mengingatkan kepada kita bahwa kalau kita ingin tidak terjebak kepada kehidupan lahwun walaib maka kita harus melihat bagaimana sesungguhnya Rasulullah dan para sahabatnya menyikapi hidup di dunia ini, innal insana lafi khusrin sesungguhnya manusia itu dalam kerugian disini disebutkan Al-insan, al-insan itu maksudnya adalah dia yang di dalam dirinya ada unsur insaniyah dan ada unsur hayawaniyah artinya kalau manusia itu lebih menonjolkan atau mungkin di dalam dirinya hanya ada unsur hayawaniyah boleh jadi orang itu akan terjebak dalam kehidupan yang main-main dan senda gurau itu , maka tugas kita terpenting adalah bagaimana caranya kita menonjolkan unsur insaniyahnya unsur kemanusiaan kita yang kata Allah Swt Allah ciptakan kita dalam bentuk yang sesempurna-sempurnanya bagaimana caranya ada dua dalam surat ini dijelaskan illalladzina amanu wa’amilussholihati yang pertama adalah beriman kenapa harus beriman karena dengan iman inilah kehidupan kita memiliki nilai yang berbeda dengan kehidupan hewan yaitu unsur spritualitas dan nilai yang tinggi dan bukan hanya persoalan materi, memunculkan sifat insaniyah atau sifat individu lalu kemudian watawashoubil haqqi watawa shoubisshobbri, ini dalam konteks masyarakat artinya tidak cukup hanya kita memunculkan unsur insaniyah atau individu tetapi yang jauh lebih penting adalah bagaimana menciptakan masyarakat agar menonjolkan insaniyahnya bukan menonjolkan unsur hewaniyahnya kalau itu semua kita capai dan kita raih semuanya maka kita tidak akan terjebak ke dalam kehidupan yang dijelaskan dalam Al-Quran laibun walahwun.

Semoga Allah senantiasa memberikan kekuatan hidayah untuk senantiasa memaknai hidup ini dengan makna yang sesungguhnya sesuai ajaran Al-Quran dan hadist agar kita tidak terhindar dari segala tipu daya dan selamat di dunia dan diakherat nanti. Aamiin Ya Rabbal 'Alamin

Wallahu A'lam


Share this article :

Followers

 
Support : Creating Website | Template | Mas
Copyright © 2011. Dunia Dan Akherat - All Rights Reserved
Template Modify and Proudly powered by Free Blog